Duhai luka yang membara
Mengapa kau tak jua sirna
Mengapa kau biarkan cacat menjelma
Pada diriku yang merana
Apa ini dirimu wahai cinta
Yang hadir membawa rasa curiga
Yang buatku lara dalam nestapa
Wahai lara . . . .
Ya, kau lara . . . .
Baru saja kemarin kau berkelana
Mengapa kau kembali singgah untuk air mata
Dirimu . . . .
Engkau angin yang berhembus
Bukankah dusta itu nista
Sampai kapan kau tebar dosa
Sampai kapan kau bakar rasa
Entahlah . . . .
Apa kau tak tahu sakitnya luka ?
Engkau . . . .
Pena dalam jiwa
Janganlah kau tulis kisah lara
Karena ku tak ingin ada derita
Untuk sebuah cinta
Yang lahir bukan tuk terluka
Mengapa kau tak jua sirna
Mengapa kau biarkan cacat menjelma
Pada diriku yang merana
Apa ini dirimu wahai cinta
Yang hadir membawa rasa curiga
Yang buatku lara dalam nestapa
Wahai lara . . . .
Ya, kau lara . . . .
Baru saja kemarin kau berkelana
Mengapa kau kembali singgah untuk air mata
Dirimu . . . .
Engkau angin yang berhembus
Bukankah dusta itu nista
Sampai kapan kau tebar dosa
Sampai kapan kau bakar rasa
Entahlah . . . .
Apa kau tak tahu sakitnya luka ?
Engkau . . . .
Pena dalam jiwa
Janganlah kau tulis kisah lara
Karena ku tak ingin ada derita
Untuk sebuah cinta
Yang lahir bukan tuk terluka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar